“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas” –Moh. Hatta


Leave a comment

Sally dan Rendy

Sabtu, 27 September 2014

Apa sekiranya yang dapat memicu rasa ingin tahu adik-adik peserta Paud yang lucu-lucu ini?  Banyak hal, tentunya.  Dan salah satunya adalah kemunculan teman sekaligus tokoh baru, dalam bentuk asing yang mungkin belum pernah dilihat oleh adik-adik selama ini.

image

Sally & Rendy

Adalah Sally dan Rendy, dua buah boneka tangan yang terbuat dari kaos kaki berhias mata, rambut, bibir atau kumis, serta pita ataupun dasi.  Dan yang lebih menggembirakan adik-adik adalah berbincang dan berinterakai dengan kedua boneka tersebut.

image

image

image

Adik-adik kecil sangat antusias ketika melihat Sally dan Rendy.  Berebut berbaris, masing-masing bergantian bersalaman sembari menyebutkan nama dan umur.  Sally dan Randy pun tak lelah meladeni tingkah dan pola lucu adik-adik.

Tak lama berselang, kak Icha dan kak Faris selaku dalang boneka Sally dan Rendy pun membimbing adik-adik membuat boneka tangan milik mereka sendiri.  Dengan alat dan bahan yang telah disediakan oleh kak Icha, permainan merangkai boneka tangan pun dimulai.
image

Setiap adik mendapatkan satu buah kaus kaki yang akan menjadi dasar boneka.  Kemudian, rambut pun ditempel di bagian atas boneka.  Menyusul kemudian dua bola mata, bibir atau kumis, serta tambahan pita sebagai pemanis boneka.  Lucu sekali melihat keseriusan adik-adik dalam menempel komponen-komponen boneka. 

Ketika setiap boneka tangan sudah lengkap dan tercipta secara utuh, adik-adik pun mencoba meniru lakon yang sebelumnya diperagakan oleh kak Icha dan kak Faris.  Dengan meninggikan nada suara, adik-adik menghidupkan dan memberikan jiwa bagi setiap boneka.  Berbincang dan bercengkrama satu sama lain.  Hingga tak terasa waktu tak lagi ada di pihak adik-adik, memaksa mereka untuk menyudahi hari.  Dan setiap boneka tangan pun akan mengiring langkah masing-masing dalang menuju ke rumah.

image

@nesialarasesa


Leave a comment

Tikus Makan Sabun

Selamat pagi/siang/sore/malam*.

Tidak terasa satu hari Sabtu lagi sudah terlewati.  Ada apa dengam hari Sabtu? Tentunya pelaksanaan kegiatan PAUD oleh TBIM Bonbar.  Tak terkecuali hari Sabtu yang lalu, TBIM Bonbar pun kembali menggelar kegiatan PAUD.

Sabtu yang lalu, adik-adik peserta PAUD dikenalkan dengan kegiatan pemeliharaan kesehatan.  Memelihara kesehatan tentunya merupakan hal yang sangat penting yang harus mulai disampaikan kepada adik-adik sedari belia. Diusia belia, adik-adik mampu menyerap informasi-informasi yang diterimanya dengan baik. Diharapkan  dengan mengenalkan sejak dini tentang  pemeliharaan  kesehatan, akan memupuk rasa keperdulian akan kesehatan.  Baik kesehatan adik-adik maupun lingkungan sekitar.

Seperti biasa, kegiatan pagi itu tepat dimulai pukul 09.00 WIB.  Dikawal oleh kak Ulfa, adik-adik peserta PAUD diminta untuk duduk rapi sesuai meja yg telah disusun.  Doa pagi pun dilantunkan dengan harapan segala kegiatan yang akan dilangsungkan pagi itu dapat berjalan dengan baik.

Sehabis berdoa, adik-adik PAUD melakukan senam pagi bersama.  Gerakan-gerakan lucu pun segera mereka tunjukkan. Sembari senam, pandangan adik-adik tak bisa lepas dari sejumlah potongan-potongan kertas berisi gambar alat-alat kebersihan yang tersebar dipenjuru Posko Kuning.  Hal ini membuat kami tersenyum geli, membayangkan tingginya rasa ingin tahu adik-adik kami yang lucu ini.

Nah, saat yang dinanti pun tiba.  Kak Ulfa yang telah memegang sejumlah gambar alat-alat kebersihan pun menerangkan nama dan fungsinya masing-masing.  Maka tersebutlah sapu, sapu lidi, tempat sampah, serokan/pengki, kemoceng, dalam berbagai bentuk dan warna yang beraneka ragam.  Selain itu, kak Ulfa  menunjukkan beberapa gambar yang menunjukkan perbandingan lingkungan yang kotor dan yang bersih.

Kak Ulfa menerangkan alat-alat kebersihan

Kak Ulfa menerangkan alat-alat kebersihan

Setelahnya, kak Ulfa meminta adik-adik untuk mengumpulkan potongan-potongan gambar yang tertempel di dinding.  Adik-adik pun segera berlomba-lomba saling mendahului dan mengambil gambar sapu, sapu lidi, tempat sampah, serokan/pengki, dan kemoceng sebanyak-banyaknya.  Setelah dinding posko kuning bersih dari potongan-potongan gambar, sembari berhitung, adik-adik diminta untuk menyebutkan nama alat kebersihan yang berhasil mereka ambil.  Ketika pelajaran telah usai, adik-adik diminta untuk membuang potongan-potongan gambar tersebut ke dalam kotak sampah yang telah disediakan.

Ayoo dikumpulkan gambarnya ^_^

Ayoo dikumpulkan gambarnya ^_^

Giliran Gendis berhitung jumlah gambar

Giliran Gendis berhitung jumlah gambar

Kegiatan berikutnya adalah bernyanyi bersama.  Saat kakak-kakak kecil dulu, ada sebuah lagu yang cukup terkenal dikalangan anak-anak, berjudul Tikus Makan Sabun.  Nah, kak Ulfa ingin mengenalkan nostalgia tersebut dan memperlihatkan video klip lagu Tikus Makan Sabun tersebut.  Memang, adik-adik usia dini memang paling tepat jika disuguhkan lagu-lagu yang sengaja diciptakan untuk anak-anak seusianya.   Terbukti, adik-adik peserta PAUD pun terlihat antusias melihat video klip tersebut seraya mulut mungilnya mencoba menggumamkan bait demi bait lagu Tikus Makan Sabun.

Tikus Makan Sabun

Tikus Makan Sabun

Selain lagu Tikus Makan Sabun, kami pun sempat menyanyikan sejumlah lagu anak-anak lainnya, serta lagu Kelas Pelangi.  Serta mempraktikkan beberapa “Tepukan” seperti Tepuk Ayam, Tepuk Sapi, Tepuk Kambing.  Senang rasanya melihat adik-adik tertawa ceria.

Bernyanyi bersama

Bernyanyi bersama

Hingga akhirnya, terasa jarum jam sudah menunjukkan tepat pukul 10.00WIB, pertanda kegiatan PAUD sudah harus diselesaikan.  Doa pulang pun segera terlantun, dipimpin oleh adik Fahri yang lucu.

Demikian kegiatan PAUD hari Sabtu yang lalu. Terimakasih semuanya, adik-adik peserta PAUD dan juga kakak-kakak pendamping, sampai jumpa hari Sabtu yang akan datang.

*dipilih ya, berdasarkan saat kamu membacanya. ^,^

 

@nesialarasesa


Leave a comment

Berbagi Cerita

Heiho, sudah lama tak bersua.

Alkisah, setelah kurang lebih 3 bulan berselang sejak terakhir kali saya menginjakkan kaki di Posko Kuning, akhirnya Sabtu tanggal 13 September lalu, saya kembali datang ke Posko Kuning.  Masih seperti yang lalu, pembelajaran PAUD dikawal oleh sejumlah kakak-kakak yang super baik, yang rela menghabiskan waktu luangnya di hari Sabtu, demi memberikan pendampingan pendidikan dini kepada sejumlah adik-adik kecil di kawasan kelurahan Kebon Baru, Tebet.

Namun, tidak seperti minggu-minggu yang telah lalu.  Kali itu, TBIM Bonbar kedatangan dua orang alumni Pengajar Muda angkatan VI.  Mereka adalah kak Ridwan dan kak Jeffy.  Ihwal kedatangan mereka, tiada seorang pun yang tahu.  Yang kami tahu adalah, kedua kakak Pengajar Muda tersebut datang dengan segudang pencerahan, yang mungkin memang telah saatnya tiba dan menghampiri Posko Kuning.

Setelah sejenak berbasa-basi, kak Ridwan dan kak Jeffy pun bertukar pengalaman.  Kak Ridwan menceritakan bagaimana disaat aktif menjadi Pengajar Muda (kala itu periode Juni 2013-Juni2014 dan berlokasi di Muara Enim), berusaha menjadi salah satu motor penggerak Sriwijaya Membaca.  Ketika itu, kak Ridwan beserta teman-teman berkolaborasi dengan komunitas lain di Sriwijaya untuk membangun taman baca. Secara rutin kak Ridwan dkk melakukan acara donasi buku dan rotasi koleksi buku agar teman-teman yang berkunjung ke taman baca tidak merasa jenuh.

Lain cerita yang dibagi kak Jeffry.  Ada dua lokasi yang diceritakan olehnya.  Yang pertama adalah Kapuas Membaca (KACA).  KACA adalah sebuah gerakan untuk meningkatkan kemampuan dan minat baca anak-anak di Kabupaten Kapuas Hulu. Gerakan ini diresmikan oleh Bupati Kapuas Hulu, Muhammad Nasir pada tanggal 20 November 2011.  Nah, pada tanggal 25 Maret 2014 lalu, para pengurus KACA melakukan peluncuran ulang KACA.  Yang lebih menarik adalah, KACA memiliki perpustakaan keliling yang mereka namakan Mobil Pintar.  Mobil Pintar ini memuat dan mengedarkan sejumlah buku bacaan dengan sasaran anak-anak kecil hingga orang dewasa.

Yang kedua, berlokasi di Surabaya.  Tidak jauh berbeda dengan  konsep Sriwijaya Membaca, Taman baca yang di gagas oleh kak Jeffry dkk ini pun rutin mengadakan acara donasi buku tiap minggunya. Uniknya para relawannya menggunakan musik untuk menarik minat masyarakat sekitar untuk berpartisipasi. Para relawan mengadakan live music pada acara donasi buku sehingga teman-teman yang memberi donasi dapat terhibur dan bernyanyi bersama.

Sungguh, inspiratif sekali ketiga cerita yang disampaikan kak Ridwan dan kak Jeffy.  Pengalaman berharga yang telah mereka bagikan tersebut turut memacu semangat kakak-kakak Penyala maupun Voulenteer TBIM Bonbar.  Semoga saja, TBIM Bonbar bisa turut mengaplikasikan ide-ide inspiratif yang ditebar oleh kedua kakak alumni Pengajar Muda.  Harapannya adalah, agar TBIM Bonbar tidak hanya terfokus pada kegiatan PAUD, melainkan juga penanaman sifat gemar membaca kepada adik-adik yang bertempat tinggal di kelurahan Kebon Baru.

@nesialarasesa

IMG_20140913_162219


Leave a comment

Tentang Camp Penyala

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa menjadi Penyala ternyata akan se-inspiratif, se-positif, se-menyenangkan ini. Penyala adalah sebutan bagi mereka yang tergabung dalam Indonesia Menyala—sebuah gerakan yang diinisiasi oleh yayasan Indonesia Mengajar. Kami sepakat bahwa untuk mencerdaskan anak bangsa dibutuhkan tingginya tingkat minat baca. Kami percaya bahwa minat baca yang berkelanjutan membutuhkan peran-peran dari significant others, maka dari itu membuka lubang pengaruh tidak hanya pada satu objek tertentu, tetapi melibatkan banyak pihak.

Awalnya, saya kira menjadi Penyala hanya fokus terhadap pengembangan minat baca anak dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Namun, tidak semata hanya melewati rangkaian pengumuman seleksi Penyala, pemberitahuan tempat tugas, dan pelantikan peran. Ada yang lebih dari itu; Camp Penyala. Camp selama 2 hari yang menyatukan para Penyala dari berbagai daerah. Menjaring pengalaman dan saran dari banyak arah.

Camp yang mengkonstruksi cita-cita dan prinsip Indonesia Menyala. Disini, pemahaman kami diuji. Diferensiasi pengalaman dan strategi di setiap taman baca diceritakan. Gelas pendapat dan pemberian saran diajukan. Bingkai tujuan disamakan tetapi tetap menghargai perbedaan sesuai kebutuhan.

Di Camp ini, saya belajar bahwa untuk membangun generasi yang baik semestinya dimulai dari sekarang. Saya memahami bahwa tidak semua pengembangan taman baca punya jalan mulus, ada banyak belokan yang harus dilewati dengan pembawaan fokus. Saya mengerti bahwa ketika saya menyerah dengan banyaknya pengorbanan yang harus saya berikan, saya tidak sendirian. Ada banyak Penyala lain yang pengorbanannya jauh lebih-lebih daripada saya, dan saya bukan sampah yang tidak bisa bangun ketika dijatuhkan. Bahwa ternyata pengabdian saya belum seberapa jika dibandingkan Penyala lainnya.

Bergelut dengan manusia yang hadir dalam camp tersebut menyadarkan saya kalau ternyata, makhluk positif di alam semesta ini tidak akan pernah habis. Mereka selalu ada, berkorban demi indahnya masa depan Indonesia. Di saat yang lain mungkin sedang berleha-leha dan menghabiskan uang orangtua, mereka rela berdiskusi selama kurang lebih 16 jam untuk mendiktekan banyak hal demi meningkatnya minat baca masyarakat secara berkelanjutan. Mereka adalah lilin di tengah hitamnya kegelapan, menjadi agen perubahan dari sekian banyak kritikan.

Camp Penyala adalah tabungan motivasi kehidupan. Ia memiliki peran untuk terus memajukan pendidikan negara. Ia menularkan semangat kepada seluruh pesertanya, bahwa negeri hebat disusun berdasarkan orang-orang hebat. Ia mencerahkan dengan seluruh candaan, obrolan, dan hubungan kekeluargaan. Tidak ada penyeleksian derajat, persamaan dan kesetaraan dinomorsatukan.

Menjadi Penyala berarti belajar dari banyaknya lampu-lampu taman baca. Bercengkrama dengan Penyala lain dan mendeklarasikannya sebagai sebuah keluarga. Dan kalimat terakhir yang ingin saya ucapkan adalah; saya benar-benar jatuh cinta dengan Indonesia Menyala. Nyala , nyala, nyala!

 

IMG-20140323-WA0060


Leave a comment

Sekolah PAUD

Mari merangkum kegiatan sabtu kemarin.

Kami belum bercerita, kalau taman baca yang sudah diresmikan beberapa waktu lalu memiliki kegiatan sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) setiap hari Sabtu. Permintaan dari beberapa warga yang mengatakan kalau di daerah tersebut, tidak ada sekolah PAUD. Tidak tega membiarkan anak-anak balita hanya bisa bermain, kami iyakan saja permintaan tersebut. Membuka sekolah PAUD.

Maka jadilah sabtu kemarin kami bersiap-siap untuk menyambut anak-anak yang notabene sifatnya tidak pernah bisa diprediksikan. Sekolah PAUD dibuka pukul 10 pagi. Sebelum jam 10 tepat, 2 anak sudah datang ditemani ibunya. Hafid dan Dika. Langsung saja kami memberikan buku mewarnai dan crayon kepada mereka sembari menunggu kedatangan teman-teman yang lain.

Beberapa menit setelahnya, Keyla datang.  Keyla bukanlah masuk dalam golongan anak-anak yang mudah terbuka dengan orang lain. Pemalu, kata ibunya. Ia hanya mau diinstruksikan ibunya ketika mengerjakan sesuatu. Tidak lama kemudian, datang anak-anak lain. Rasya, Tasya, Salsa, Della, Fatan, Kesya, Keysa, Aini, dan 3 anak lainnya. Hari itu ternyata kami kedatangan 14 anak menggemaskan berusia 3-5 tahun.

Sebelum memulai kegiatan, kami memimpin berdoa dengan menengadahkan tangan. Setelah itu, kami memberikan mereka buku mewarnai dan crayon serta memberi mereka kebebasan dalam memilih warna. “Pohon? Hijau ya bu?”, tanya hafid sambil tangannya menunjuk-nunjuk warna crayon mana yang akan ia pilih. “Pohon gak selalu hijau kok, kamu mau ngasih warna apa, terserah”, jawab saya. Karena imajinasi anak-anak masih di luar batas kemampuan orang dewasa, saya tidak berhak untuk membatasinya. Kreativitas itu baik.

Setelah selesai mewarnai, kami mengajak anak-anak untuk mengenal angka. 1 sampai dengan 10. Kami menuliskannya di papan tulis kemudian mengajak mereka untuk mencontohkannya di buku tulis masing-masing. Beragam respon dari mereka. “Aku udah bisa bu!” “ini, gimana, bu?” dan berbagai kalimat keingintahuan yang mereka lontarkan. Lucu ketika melihat ada yang terbalik menuliskan angka 6 menjadi angka 9, atau membuat angka 8 hanya memiliki 1 lingkaran.

Setelah semuanya selesai menuliskan angka dan mengumpulkan buku tulis, kami segera memimpin doa untuk pulang. Semuanya antusias, kegiatan hari itu selesai sudah. Mengajar anak-anak memang tak pernah mudah, apalagi diboncengi dengan sifat labil dan sulit ditebak. Namun melihat anak-anak semangat belajar, tersenyum, kiranya adalah salah satu kebahagiaan yang tidak terdefinisikan.

Sampai jumpa lagi, adik-adik!

oleh: @chnilm


Leave a comment

Surat

Assalaamualaikum,,

Selamat pagi manteman,, 🙂

Gimana kabarnya nih? Semoga selalu sehat ya,,

aamiin,,, ^^

Pada kesempatan kali ini, saya akan sedikit men-share-kan kegiatan kita saat tanggal 1 Maret 2014. *(udah telat banget ya,,hehehehe,, maaf deh ^^v)

Saat itu tanggal 1 Maret 2014 bertepatan dengan hari Sabtu, dimana sebagian orang masih melakukan aktivitas kesehariannya (sekolah, bekerja, berdagang dll) dan sebagian lainnya menikmati liburan akhir pekan. Saat itu cuaca pagi hari di Jakarta terasa sangat cerah dan sinar matahari cukup untuk menghangatkan badanku (sebenarnya kepanasan sih,, hehehe).

Aku mulai perjalanan menuju SDN 07 Pagi Kebon Baru, Tebet, JakSel dengan langkah riang agar semangat ini terus terjaga. Pukul 08.55 sampailah aku di posko Kuning Taman Baca Indonesia Menyala Kebon Baru (lokasi di belakang stasiun Tebet) untuk berkumpul dengan teman-teman yang lain sebelum menuju SD. Tepat pukul 09.30, kita semua sudah berada di SD dan langsung menuju ruang KepSek untuk silaturahmi terlebih dahulu.

*Maklum ya karena kita sudah sekitar 1 bulan-an tidak mengunjungi SD, sibuk untuk beres-beres posko,,hehehe.

Apa yang terjadi ketika kita bertemu anak-anak SD (khususnya anak kelas IV) ?

Sedih? Senang? Terharu?

Hmmmm,, entahlah. Aku juga tak tahu bagaimana perasaan saat itu. Semua telah bercampur aduk. *Agak lebay dikit ya,, hehehe.

Kegiatan yang akan kita lakukan saat itu adalah membaca dan menulis surat balasan untuk teman-teman SD Papaloang Halmahera Selatan, Maluku Utara. Pada saat ini di tempat tersebut terdapat Pengajar Muda VII Siti Rahmah ( https://indonesiamengajar.org/pengajar-muda/siti-154/ ) , sehingga kita bisa saling surat menyurat dengan anak-anak di sana.

Tararam,,,,,,,, 🙂

PhotoGrid_1394880589428

Gambar di atas merupakan surat dari teman-teman Papaloang.

PhotoGrid_1394932589879

Nah, kalau gambar yang kedua ini merupakan surat yang ditulis oleh Syaira Zahran (murid kelas IV SD 07 Pagi Kebon Baru, Tebet, JakSel).

 

Ada yang menarik dari surat yang ditulis Syaira, Apakah itu?

teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,teng,,

 

Yang menarik dari amplopnya,, hehehehehe

Loh, emang ada apa dengan amplop tersebut?

Sebenarnya amplop tersebut hanya amplop biasa seperti amplop-amplop yang lain. Namun yang membuatnya istimewa yaitu tulisan “Indonesia terus berjuang ya..”

Menurut saya, kata-kata tersebut telah mengetuk hati dan mengingatkan agar terus berjuang untuk negara tercinta kita Indonesia.

 

Merdeka….!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

 

Cukup sekian ya teman-teman.

 

@newbieblogger


Leave a comment

Bingung Kasih Judul

Assalaamualaikum,

Hei, hei, hei semua, selamat pagi,

Pada kesempatan ini, mimin akan sedikit berbagi pengetahuan tentang homeschooling.

Apa sih homeschooling? Sebagian orang mungkin sudah mengetahui tentang homeschooling, beberapa orang hanya mendengarnya saja tetapi belum mengetahui, bahkan ada yang belum mendengar dan mengetahuinya.

Secara terjemahan dalam bahasa Indonesia, homeschooling berarti sekolah rumah.

*maap-maap kate ye, klo English mimin belepotan, hehehe, ^^v.

Menurut mimin, homeschooling itu merupakan salah satu model pendidikan alternatif selain pendidikan di sekolah, dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab atas pendidikan anak dan menjadikan rumah sebagai tempat untuk belajar. Namun selain rumah, alam maupun lingkungan sekitar dapat dijadikan juga sebagai tempat untuk belajar.

Apa sih yang menjadi alasan suatu keluarga dalam memilih metode homeschooling?

Mengapa tidak di sekolah? Seperti anak-anak biasanya.

Menurut mimin, hal tersebut dilakukan karena metode pembelajaran yang berada di sekolah mungkin dirasa kurang cocok untuk si anak dan kemungkinan dapat menyebabkan tekanan pikiran (stress) pada anak. Sebagian keluarga juga lebih menginginkan anak untuk belajar sesuai passion-nya, sehingga dipilihlah metode pendidikan homeschooling.

*ini pendapat mimin ya,hehehe.

Lha terus gimana dapat ijazahnya?

Tenang, tenang ya,, hehehe,

Untuk mendapatkan ijazah, anak-anak masih bisa ikut program Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), Paket C (setara SMA) dan masih bisa melanjutkan kuliah.

Metode homeschooling tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan homeschooling yaitu:

  1. Anak dapat belajar sesuai passion dan keinginan mereka. Sehingga akan dapat melatih kemandirian dan kreativitas anak.
  2. Dapat memaksimalkan potensi anak sejak dini, tanpa terpaku dengan standar waktu yang berada di sekolah
  3. Anak dapat lebih terlindungi dari pergaulan yang menyimpang (tawuran, mencontek, premanisme dan lain-lain)
  4. Anak akan lebih siap untuk memasuki dunia nyata, karena pembelajarannya berdasarkan kejadian dan kegiatan sehari-hari.

Kekurangan homeschooling yaitu:

  1. Butuh komitmen yang sangat tinggi dari keluarga
  2. Mungkin sosialisasi dan pergaulan anak menjadi sedikit berkurang, tetapi hal ini dapat disiasati dengan cara tetap memberikan waktu untuk anak-anak bermain dengan teman di sekitar rumahnya.

Mimin akan memberikan contoh salah satu keluarga yang sukses dalam melakukan metode homeschooling.

Keluarga tersebut yaitu keluarga bunda Septi Peni Wuladani. Mimin bertemu dengan beliau ketika menghadiri suatu seminar di gd. BPPT yang berada di jl. MH Thamrin. Bunda Septi selalu mendukung apapun yang dilakukan anaknya. Kedua anaknya menempuh metode homeschooling.

Anak beliau yang pertama bernama Nurul Syahid Kusuma (biasa dipanggil Enes). Saat ini Enes baru berusia 17 tahun, namun dia sebentar lagi akan wisuda S1 (sarjana) di Singapura.

*hebat ya!!

Enes mempunyai mimpi sederhana. Dia tidak ingin dibayang-bayangi oleh nama keluarga atau ibunya. Dia tidak ingin disebut sebagai “Enes anaknya bunda Septi” , tetapi lebih ingin disebut “Bunda Septi itu ibunya Enes” . Hmmm, mimpi sederhana yang bisa membuat bangga keluarga dan membawa Enes sampai ke Singapura.

Anak bunda Septi yang kedua yaitu Ara Kusuma (biasa dipanggil Ara). Ara baru berusia 16 tahun. Dia juga seperti kakaknya yang menempuh metode homeschooling. Ara mempunyai mimpi untuk menjadi seorang peternak binatang dan saat ini telah mampu mengelola sekitar 500an sapi.

*Kurang lebih segitu ya, hehehe.

Saat ini Ara juga mempunyai project Mooo Mbeeeek Iiiyyyeee. Nama Mooo berasal dari suara sapi, Mbeeeek berasal dari suara kambing dan Iiiyyyeee berasal dari suara kuda. Ara mempunyai keinginan untuk membangun peternakan ketiga bintang tersebut.

Ara sangat menyukai bintang. Tau gak kenapa dia suka binatang?

Hmmm, menurut dia binatang itu tak berkhianat, hehehe.

Mungkin cukup sekian dulu sharing dari mimin ya, dilanjutkan dilain kesempatan.

Tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Allah saja.

Jika teman-teman semua merasa tulisan ini masih banyak kekurangan dan perlu direvisi, silakan sampaikan kritik dan saran ya. ^^

Assalaamualaikum,.

@mnurhandoyo


Leave a comment

Tentang Fajar.

Adalah Fajar, siswa kelas 4 yang masih duduk di perpustakaan sementara anak laki-laki lain asik bermain di lapangan. Senyumnya ramah bercampur heran. “Kak, kakak mau jadi guru tapi ga kesampean ya?”. Saya tertawa membenarkan.

Saya tidak tahu banyak tentang Fajar, awalnya yang membuatnya melekat di benak saya hanyalah karena namanya yang serupa dengan Fajar kecil penjual donat yang kerap berkeliling di sekitaran kampus IT Telkom semasa saya kuliah dulu, yang tidurnya menumpang di musholla pinggir jalan bersama beberapa keluarga lain, bersebelahan dengan tempat pembuangan sampah. Sekali waktu saya dan teman bermain ke tempat tinggalnya itu, terus teras sedikit kaget dengan kondisi kamar mandinya yang persis dibelakang tempat pembuangan sampah. Fajar kecil menjelaskan, jika musim hujan, akan ada air menggenang disana, akan ada sampah yang ikut hanyut juga ke kamar mandi yang tidak berpintu ini, alhasil Fajar kecil harus berdiri di atas ember agar tidak terkena sampah ketika mandi. Silakan dibayangkan sendiri kondisinya, dan Fajar menjelaskan semuanya sambil tertawa.

Selain namanya yang serupa, Fajar siswa SD 07 juga menarik perhatian saya karena etikanya yang santun, saya suka caranya mengikuti semua instruksi yang diberikan padanya, pun celotehan polosnya yang bernada peduli. Seperti ketika anak-anak lain sedang asyik mewarnai pembatas buku buatan masing-masing dengan cat air, Fajar berkali-kali menanyakan apakah tidak sayang cat airnya dipakai begitu. Masih banyak celotehan lainnya yang membuat saya tersenyum-senyum.

Image

bisa tebak mana yang Fajar?

Cukuplah tentang kedua Fajar, anak-anak hebat ini. Masih banyak pelajaran yang ingin saya curi dari guru-guru kecil saya ini. Semoga masih ada kesempatan.amin

@ulfasekar.


Leave a comment

Selamat Pagi…..

Selamat pagi Indonesia Selamat pagi wahai kalian sahabat-sahabat penuh inspirasi Pagi ini saya bersemangat sekali, karena sabtu kemarin (22/02/14), bisa bertemu kembali dengan sahabat-sahabat yang penuh inspirasi di Taman Baca Indonesia Menyala. Awal mula saya bergabung dalam Taman Baca Indonesia Menyala Kebon Baru (TBIM bonbar), adalah ketika saya sedang mebuka jejaring sosial @IndonesiaMenyala dan melihat pembukaan untuk menjadi relawan, dan saya tertarik untuk mendaftar. Alasan saya mendaftar adalah karena saya suka dengan anak-anak, dimana melihat mereka bermain dan tingkah laku mereka seperti ada suntikkan hormon endorfin yang seketika masuk ke dalam tubuh saya hahahaheu *okeiniagaklebay Bertemu dengan teman-teman baru yang punya visi yang sama di TBIM bonbar setiap sabtunya membuat saya punya kebahagian sendiri berada dia antara kalian gengs. Sahabat-sahabat itu antara lain:

a. Ulfa Sekar Langit

Seorang ulfa yang rajin, ramah, dan punya kegilaan sendiri terhadap tingkah lucunya. Senang bisa mengenal ulfa, walaupun baru kenal tapi kita punya misi yang sama memajukan pendidikan indonesia dalam bidang membaca. Hobinya yang suka membaca dan dunia satra. Saya yakin ulfa bisa segera menemukkan passionnya dan juga pendamping hidup. hahahahahheu cemengut ul2. muah muah

android1 392

b.Chenia

Ini anak satu ini, masih kuliah di bandung. Setiap weekend dia meluangkan waktunya untuk TBIM bonbar. Luar biasa sekali. Cita-citanya yang ingin menjadi jurnalis, semoga bisa terwujud chen. Badan yang tinggi menjulang, bikin saya minder deket2 chen2  hahaheu.

android1 1126

Oh iya gengs masih banyak kakak-kakak lain yang mebantu di tbim bonbar, lain waktu saya akan menceritakan mereka. Karena banyak deadline kerjaa yang menumpuk. Saya undur diri dulu yah gengs.

Salam keceh Indonesia Menyala

@rejunnnn